Hubungan Romantis Dunia Musik Indonesia Dan Rusia Di Era Soekarno

REINHA.com – Hubungan Indonesia dengan Rusia (Uni Soviet) pada pertengahan tahun 1950-an dan 1960-an sangat akrab. Kedekatan hubungan ini, tidak dapat dipisahkan dengan persabatan yang terjalin antara Soekarno dan Perdana Menteri Nikita Kruschev.
Ada persamaan antara Soekarno dan Kruschev. Setidak-tidaknya ketidaksenangan mereka terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Bung Karno pernah mengecam PBB sebagai alat imperialis dan kolonial, dan kemudian Indonesia keluar dari organisasi dunia ini. Sedangkan Kruschev pernah membuat heboh ketika berpidato di Sidang Umum PBB. Sambil berteriak mengecam AS, ia kemudian melepaskan sepatunya. Lalu berulang-ulang diketokkan ke meja tempat berpidato.
Dari hubungan militer dapat dibilang hampir seluruh persenjataan tempur Indonesia saat itu berasal dari Rusia. Terutama saat Trikora (Tri Komando Rakyat untuk pembebasan Irian Barat) dan Dwikora (konfrontasi dengan Malaysia). Hingga Bung Karno pada saat itu menyatakan, kekuatan militer Indonesia terbesar dan terkuat di Asia Tenggara.
(Baca juga: Topass, Kekuatan Portugis Dalam Keluarga Da Costa Dan Hornay)
PM Kruschev dan Presiden Voroshilov pernah berkunjung ke Indonesia, seperti juga berbagai delegasi Uni Soviet lainnya. Termasuk tim sepak bola, kesenian, kebudayaan, dan film yang berkali-kali berkunjung ke Indonesia. Ketika Kruschev tiba di Indonesia, dari Bandara Kemayoran hingga Istana Merdeka yang jaraknya hampir 10 km, lautan manusia mengelukannya di kiri kanan jalan.
Begitu halnya saat Soekarno berkunjung ke Rusia. Soekarno mengatakan ”Di Moskow 150 orang barisan musik menyanyikan lagu ”Indonesia Raya” sebagai penyambutanku di lapangan terbang, sungguh pun aku datang dengan pesawat Pan Am (milik perusahaan AS). Pemandangan ini membuat mataku berlinang karena bangga. Bangga karena negeri kami mendapat penghargaan demikian.”
Hubungan Indonesia Dan Rusia Dari Dunia Musik
Media Rusia RBTH mengungkap beberapa fakta menarik, hubungan Rusia dan Indonesia dari dunia musik. Dimana beberapa lagu Indonesia diterjemahkan dan dinyanyikan di Rusia. Bahkan lagu tersebut menjadi populer disana.
Lagu-lagu Indonesia yang dinyanyikan dalam bahasa Rusia diantaranya adalah lagu “Rayuan Pulau Kelapa.” Lagu tersebut ternyata sangat populer di seluruh Uni Soviet pada era 1950 – 1960-an. Lagu ini kerap dianggap sebagai bukti nyata eratnya persahabatan Indonesia dan Uni Soviet pada masa lalu.
Semua ini bermula saat Presiden RI Soekarno dan Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev menjadi sahabat karib pada tahun ‘50-an.
Karena persahabatan kedua pemimpin ini, pemerintah Soviet kemudian meminta Pusat Studio Film Dokumenter (TsSDF) untuk membuat dokumenter mengenai Indonesia.
Lagu yang dipilih menjadi lagu tema dalam dokumenter yang dirilis pada 1957 ini adalah “Rayuan Pulau Kelapa” karya komponis legendaris Indonesia Ismail Marzuki (1914 – 1958).
Lagu yang diciptakan tepat setahun sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia ini dialihbahasakan ke bahasa Rusia oleh Vladimir Korchagin yang merupakan seorang editor di TsSDF dan diaransemen oleh komponis Uni Soviet Vitaly Geviksman.
Lagu tersebut dalam versi Rusia berjudul “Pesnya Ostrova Palm” dipopulerkan oleh Maya Golovnya, penyanyi ternama Uni Soviet dan Rusia yang pada Juli lalu genap berusia 90 tahun.
Dalam versi bahasa Rusia “Rayuan Pulau Kelapa” sama sekali tidak mengubah lirik asli lagu ini yang bercerita tentang keindahan alam Indonesia, seperti flora, kepulauan, dan pantainya.
Selain lagu “Rayuan Pulau Kelapa”, Maya Golovnya ternyata turut mempopulerkan salah satu lagu Gesang di Negeri Beruang Merah. Lagu tersebut adalah lagu “Saputangan” yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Rusia dengan judul “Platochek”. Sama seperti lagu “Rayuan Pulau Kelapa”, lagu Gesang yang satu ini juga diaransemen oleh Vitaly Geviksman.
Lagu ini bercerita tentang sehelai saputangan yang menjadi satu-satunya barang kenangan milik seseorang yang ditinggalkan kekasihnya.
Menurut cerita penyanyi keroncong Sundari Soekotjo, yang sempat membuat video musik “Saputangan” bersama sang maestro lebih kurang sepuluh tahun lalu, Gesang masih menyimpan saputangan yang menjadi inspirasinya dalam membuat lagu itu.
Selain itu ada lagu Maluku “Ayo Mama” juga dinyanyikan dalam bahasa Rusia dengan judul Айо Мама. Lagu berirama riang yang menceritakan seorang anak yang takut dimarahi ibunya karena ketahuan berpacaran ini dinyanyikan pertama kali dalam bahasa Rusia oleh Yuri Yakushev (1943 – 2011).
Ia adalah seorang musikus dan sekaligus pengaransemen terkenal di Uni Soviet dan Rusia. Namun demikian, lagu yang juga berjudul “Ayo Mama” dalam bahasa Rusia ini diaransemen oleh Vitaliy Geviksman. Sementara, lirik lagu diterjemahkan oleh penulis dan penerjemah Yuri Khazanov.
Selain “Ayo Mama”, Yuri Yakushev juga menyanyikan satu lagu lain yang diterjemahkan dari lagu berbahasa Indonesia. Dalam versi asli, “Yesli Ty Ulybnyoshsya” berjudul “Apabila Kau Tersenyum”. Lagu ini diciptakan oleh Amin Usman dan dinyanyikan oleh penyanyi Indonesia era ‘50-an, Rien Hardjono.
Di Uni Soviet, lagu ini pertama kali dirilis pada tahun 1961 bersamaan dengan lagu “Ayo Mama”.
Lagu lain yang diterjemahkan dalam bahasa Rusia adalah lagu “Naik Delman.” Lagu ciptaan Ibu Sud ini diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia dengan judul “Progulka s Otsom”, yang secara harfiah berarti perjalanan dengan ayah.
Versi bahasa Rusia lagu anak-anak ini dinyanyikan oleh penyanyi berdarah Armenia, Rubina Kalantaryan.
Namun ada sedikit perbedaan antara lirik lagu asli dan lagu versi bahasa Rusia. Pada versi aslinya, lagu ini mengingatkan anak-anak saat bersenang-senang menaiki delman di pedesaan. Sementara dalam bahasa Rusia, tentu saja, tidak ada transportasi seperti delman di negara itu. Karena itu, alih-alih naik delman, lagu ini bercerita tentang seorang anak yang pergi ke pasar dengan sang ayah untuk pertama kalinya dengan menaiki kereta kuda.
Sedangkan lagu Rusia yang dinyanyikan dalam bahasa Indonesia tidak ada. Yang ada adalah lagu Rusia yang diterjemahkan dan dinyanyikan dalam bahasa Sunda.
Lagu Rusia yang diterjemahkan dari bahasa Rusia ke bahasa Sunda adalalah lagu Panon Hideung. Dalam bahasa Rusia, lagu ini berjudul “Ochi Chyornye” (Mata Hitam). Konon, Ismail Marzuki menggubah lagu ini ketika ia dan orkesnya tampil di Bandung untuk mengisi segmen lagu-lagu asing dalam program radio.
Pada masa-masa itulah, ia mempelajari dan menguasai komposisi lagu-lagu asing. Banyak lagu asing yang digubah dan diterjemahkan, dan “Ochi Chyornye” adalah salah satunya.
Ismail Marzuki menerjemahkan lagu itu berkat bantuan Zarkov, seorang seniman asal Uni Soviet yang tinggal di Bandung.
Dalam beberapa sumber publikasi dikatakan bahwa “Ochi Chyornye” menjadi pilihan Ismail Marzuki karena saat itu ia berjumpa dan jatuh cinta pada gadis Sunda yang dikenal bernama Miss Eulis.
Miss Eulis adalah seorang bintang radio. Ia seorang penyanyi kroncong berdarah Sunda dan Arab. Tampaknya, Miss Eulis memang bermata indah, memiliki hidung mancung, dan berkulit kuning langsat sebagaimana yang digambarkan dalam lirik lagu “Panon Hideung.”
# Hubungan Romantis Dunia Musik Indonesia Dan Rusia Di Era Soekarno (jmw-reinha)